Wajib Tahu! Mengenal Presiden RI Ke-3 dan Wakil Presidennya: Simak Sejarah dan Masa Jabatannya!

"Ilustrasi foto Presiden RI Ke-3 dan Wakil Presidennya: Sejarah dan Masa Jabatannya!". (Sumber: indonesia.go.id).

Mengenal Presiden RI Ke-3 dan Wakil Presidennya: Simak Sejarah dan Masa Jabatannya!. Indonesia memiliki perjalanan panjang dalam sejarah kepemimpinan Indonesia. Setiap pemimpin memiliki cerita dan kontribusi yang berbeda dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Salah satu sosok yang tidak bisa dilupakan adalah Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Presiden Ke-3 Republik Indonesia. Mengemban tugas di tengah krisis ekonomi, politik, dan sosial yang melanda negara, Habibie menjadi tokoh kunci dalam era transisi menuju era reformasi.

BJ Habibie tidak memiliki Wakil Presiden selama masa jabatannya karena ia menjabat sebagai Wakil Presiden di era Presiden Soeharto. Ketika Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 di tengah krisis multidimensi yang melanda Indonesia, Habibie secara otomatis naik menjadi Presiden sesuai dengan konstitusi.

Karena masa jabatan Habibie merupakan masa transisi yang berlangsung relatif singkat (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999), tidak dilakukan pengangkatan Wakil Presiden baru. Fokus utama pemerintahannya adalah mengatasi krisis ekonomi dan mempersiapkan Indonesia untuk Pemilu 1999, yang menjadi tonggak awal demokrasi pasca-Orde Baru.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih detail tentang BJ Habibie, masa jabatannya sebagai Presiden Indonesia Ke-3, kebijakan-kebijakan penting yang diambil, serta warisan yang ia tinggalkan bagi bangsa Indonesia. Mari kita simak lebih dalam sejarah singkat perjalanan pemimpin visioner ini!.

Latar Belakang BJ Habibie

Mengutip laman resmi Kemdikbud.go.id, BJ Habibie lahir dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie (etnis Bugis-Gorontalo) dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo (etnis Jawa) pada tanggal 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan.

Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie) meninggal pada tanggal 11 September 2019 karena gagal jantung, dan Habibie dimakamkan di Makam Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta.

Sebelum menjabat menjadi Presiden RI Ke-3, Habibie dikenal sebagai seorang teknokrat dan ilmuwan yang berjasa dalam mengembangkan industri pesawat terbang Indonesia.

Habibie dijuluki sebagai "Mr. Crack" karena teori yang ia kemukakan tentang konstruksi pesawat terbang. Teori ini bernama "Teori Crack Propagation" yang menjelaskan tentang titik awal retakan pada pesawat. 

Selain itu, Habibie juga dikenal sebagai "Bapak Teknologi Indonesia". Ia pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) sejak tahun 1978 hingga 1998.

Dengan latar belakang pendidikan teknik penerbangan di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH) di Aachen, Jerman Barat, Habibie berkarier gemilang hingga menjadi Menteri Riset dan Teknologi pada Kabinet Pembangunan III di tahun 1978 selama Era Orde Baru.

Awal Menjabat sebagai Presiden RI Ke-3

Habibie resmi dilantik sebagai Presiden RI Ke-3 pada tanggal 21 Mei 1998, menggantikan Presiden Soeharto yang mengundurkan diri di tengah krisis moneter dan politik melanda Indonesia saat itu.

Sebelum Habibie menjadi Presiden RI Ke-3, ia menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia Ketujuh pada tanggal 11 Maret 1998 – 21 Mei 1998 di Era Orde Baru, Soeharto. 

Saat itu, ia mewarisi situasi yang sangat kompleks, termasuk ekonomi yang terpuruk, kepercayaan publik yang menurun, serta gejolak sosial dan politik.

Kebijakan Penting BJ Habibie

Selama masa jabatannya yang singkat (1998-1999), Habibie menciptakan sejumlah terobosan penting, antara lain:

1. Reformasi Demokrasi

• Melepaskan kendali negara atas pers, sehingga kebebasan pers berkembang pesat.
• Memberikan ruang bagi pembentukan partai politik baru, yang membuka jalan menuju Pemilu 1999.

2. Pemulihan Ekonomi

• Menstabilkan nilai tukar rupiah setelah jatuhnya ekonomi nasional.
• Melakukan restrukturisasi perbankan melalui pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

3. Referendum Timor Timur

• Memutuskan untuk mengadakan referendum bagi rakyat Timor Timur, yang akhirnya memilih merdeka pada tahun 1999.

Akhir Masa Jabatan

Pada Pemilu 1999, Habibie menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Namun, laporan tersebut tidak diterima oleh MPR, dan ia memutuskan untuk tidak mencalonkan diri kembali sebagai Presiden Indonesia.

Masa kepemimpinan Habibie berakhir pada tanggal 20 Oktober 1999 sebagai Presiden RI Ke-3, dan ia digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden RI Ke-4 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Meski PDI-P yang dipimpin Megawati Soekarnoputri waktu itu memenangkan Pemilu 1999, tapii pemilihan Presiden masih dilakukan melalui MPR.

Dengan menjabat sebagai Wakil Presiden RI Ketujuh selama 2 bulan 7 hari dan juga sebagai Presiden RI Ke-3 selama 1 tahun 5 bulan, B.J. Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Republik Indonesia dengan masa jabatan terpendek.

Warisan Kepemimpinan Habibie

Meski BJ Habibie sebagai Presiden RI Ke-3 hanya menjabat selama 1 tahun 5 bulan, Habibie meninggalkan warisan penting, yaitu:

• Awal reformasi politik dan demokrasi.
• Penguatan kebebasan berpendapat dan pers.
• Stabilitas ekonomi yang mulai pulih dari keterpurukan.

Kesimpulan

Kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden RI Ke-3 menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Ia dikenal sebagai pemimpin visioner yang menghadapi tantangan besar dengan keberanian dan inovasi. Jejak langkahnya tetap dikenang sebagai bagian penting dari perjalanan bangsa menuju demokrasi dan kemajuan.

Dengan mengetahui sejarah kepemimpinan Habibie ini, kita bisa menghargai kontribusi para pemimpin terdahulu dalam membangun Indonesia.

Demikian informasi tentang Wajib Tahu! Mengenal Presiden RI Ke-3 dan Wakil Presidennya: Simak Sejarah dan Masa Jabatannya! ini, Semoga artikel ini bermanfaat bagi pengunjung khususnya bagi warga SD Negeri 3 Nyalian. Salam Edukasi. Salam Pancasila.

Disclaimer:

• Artikel ini dibuat hanya sebagai media pembelajaran mengenai sejarah Indonesia.
• Artikel ini bersumber dari berbagai referensi, namun tidak dijamin bebas dari kesalahan.
• Keputusan atau risiko yang diambil dari artikel ini menjadi tanggung jawab pembaca.